Usulan Kakek Prabowo Rm Margono Djojohadikoesoemo Jadi Jagoan Nasional

FGD Kajian Historis Usulan Gelar Pahlawan Nasional R.M Margono Djojohadikoesoemo di Aula PWI Jawa Timur.
FGD Usulan Gelar Pahlawan Nasional R.M Margono Djojohadikoesoemo (Foto: Firtian Ramadhani/detikJatim)

Surabaya

RM Margono Djojohadikoesoemo, kakek Kepala Negara Prabowo Subianto, disarankan jadi pendekar nasional. Usul itu mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar Sygma Research and Consulting.

Empat narasumber kunci dalam FGD ini yakni Iwannudin Iskandar, Eks Ketua PWI Jatim Luthfil Hakim, Prof Drs Ec Abdul Mongid, M.A., Ph.D dan Prof Dr Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum.

Advertisement

Studi historis mendalam ini mengkaji kiprah RM Margono Djojohadikoesoemo dalam sejarah Indonesia. Para jago sepakat kakek Presiden Prabowo Subianto ini seorang tokoh nasional, negarawan, politikus, dan ekonom.

Ad interim, lokasi asal gagasan pengusulan juga menjadi aspek utama. Ide ajuan Pahlawan Nasional ini berasal dari Jatim, bukan dari daerah kelahiran RM Margono Djojohadikoesoemo di Kabupaten Banyumas. Pertimbangan inilah yg melatarbelakangi penetapan Hari Pahlawan Nasional di Surabaya.

Baca juga: Kakek Prabowo RM Margono Djojohadikoesoemo Diusulkan Makara Pahlawan Nasional

“Jawa Timur ingin menjadi aktivis biar RM Margono Djojohadikoesoemo menemukan penghormatan tersebut, dan saya yakin dia sungguh berhak atasnya,” kata Yuristiarso Hidayat, Komisaris Sygma Research and Consulting, Jumat (25/10/2024).

Selanjutnya, kajian mendalam mulai dijalankan bareng akademisi dan praktisi lewat roadshow di aneka macam kota. Usulan ini sudah disokong Pemkab Banyumas.

Dukungan akademisi dan praktisi ini ialah salah sesuatu syarat menemukan gelar Pahlawan Nasional, yakni dengan melibatkan sejumlah dokumen utama dan kerja sama peneliti, sejarawan, serta aneka macam pihak yg terlibat dalam penyusunan kajian.

“Kajian ini ialah bab dari upaya kami untuk mengenang dan mengapresiasi kiprah dia yang sudah sepatutnya sanggup gelar Pahlawan Nasional, sekaligus selaku bentuk dukungan kita dalam memperkaya literatur sejarah Indonesia,” ujar Anna Luthfie, Komisaris Sygma Research and Consulting.

Sosok RM Margono Djojohadikoesoemo

Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo yang lebih dipahami selaku RM Margono Djojohadikoesoemo lahir pada 16 Mei 1894. Ia yakni putra keenam dari Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, seorang begawan ekonomi Indonesia.

Keluarganya dipahami selaku pejuang, di mana kedua abang Prof Soemitro, Kapten Anumerta Soebianto Djojohadikoesoemo dan Taruna Soejono Djojohadikoesoemo, gugur dalam Pertempuran Lengkong.

Nama mereka kemudian diabadikan dalam nama cucu-cucu mereka, tergolong Prabowo Subianto, mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad yang di sekarang ini menjabat selaku Presiden RI, serta adiknya Hashim Sujono.

“Cucu yakni bentuk dari kesuksesan seorang eyang,” kata Prof Drs Ec Abdul Mongid selaku akademisi.

Silsilah Keluarga

Ayah Margono yakni seorang bangsawan yg melakukan pekerjaan selaku karyawan di pemerintahan kolonial Belanda. Ia ialah keturunan Raden Tumenggung Banyakwide yang dipahami selaku Panglima Banyakwide, pengikut setia Pangeran Diponegoro.

Panglima Banyakwide diangkat selaku Bupati Roma (sekarang Karanganyar, Kebumen) dan menemukan gelar Raden Tumenggung Kertanegara IV. Namun, meski dibesarkan dalam lingkungan priyayi, RM Margono Djojohadikoesoemo tidak jarang menggambarkan keluarganya selaku aristokrat ‘miskin’.

Semasa hidupnya RM Margono mengaku tidak pernah mendatangi makam leluhurnya yang menampilkan keengganan mengakui leluhur itu alasannya yakni mereka pernah melakukan pekerjaan untuk Belanda.

Baca juga: Soeharto Diwacanakan Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Bamsoet: Nir Hiperbola

Pendidikan

Margono muda mengawali pendidikan di Europeesche Lagere School (sekolah dasar kolonial) pada tahun 1901.

Setelah lulus pada tahun 1907, ia melanjutkan studi di Opleiding School Voor Indlandsche Ambtenaren (OSVIA, sekolah buat karyawan negeri) di Magelang sampai tahun 1911.

Kiprah Kepemimpinan

Sehari sehabis Soekarno dan Hatta dilantik selaku presiden dan wakil presiden, pemerintah membentuk Kabinet Kepala Negara dan Dewan Pertimbangan Agung Ad interim (DPAS) di mana RM Margono Djojohadikoesoemo ditunjuk selaku ketua.

Dalam melakukan tugasnya, Margono menganjurkan untuk membentuk Bank Sentral atau Bank Sirkulasi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Ia kemudian menemukan mandat dari Soekarno dan Hatta buat merencanakan pendirian Bank Sentral (Bank Sirkulasi) Negara Indonesia pada 16 September 1945.

Pada 19 September 1945, sidang Dewan Menteri Republik Indonesia pastikan mendirikan suatu bank milik negara yang berfungsi selaku Bank Sirkulasi.

Akhirnya, pada 15 Juli 1946, Perppu Nomor 2 tahun 1946 diterbitkan mengenai pendirian Bank Negara Indonesia (BNI) dan penunjukan RM Margono Djojohadikoesoemo selaku Direktur Utama BNI.

“Beliau melaksanakan operasional bank yang gres berdiri biar efisien, ini pasti tidak mudah,” urai Prof Abdul.

Selama masa jabatannya selaku direktur, pada tahun 1970, status aturan BNI diubah menjadi Persero.

Strategi Kepemimpinan dan Warisan

Sebagai Direktur Primer BNI pertama, RM Margono melakukan kiprah selaku jago strategi, menentukan bank beroperasi dengan efisien walaupun menghadapi tantangan usaha kemerdekaan.

Ia juga berusaha menstabilkan keuangan dan ekonomi dengan menyediakan santunan terhadap pemerintah serta membangun mampu diandalkan bank, baik di dalam negeri maupun secara internasional.

Dalam konteks ketatanegaraan Indonesia, RM Margono memiliki kiprah penting dalam memperkenalkan gagasan hak angket dewan perwakilan rakyat RI pada tahun 1950-an. Ia menganjurkan resolusi biar dewan perwakilan rakyat melaksanakan hak angket terkait upaya pengadaan dan penggunaan devisa.

Selanjutnya, dibentuklah panitia hak angket yang berisikan 16 anggota, dengan Margono selaku ketua. Tugas panitia ini yakni mengecek laba dan kerugian serta menjaga regime devisen sesuai dengan Undang-undang Supervisi Devisen tahun 1940 dan perubahannya.

Akhir Pengabdian

RM Margono Djojohadikoesoemo meninggal pada 25 Juli 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Dawuhan, Banyumas, Jawa Tengah.

Gubernur Jakarta di ketika itu Ali Sadikin turut menghadiri pemakaman untuk menyediakan penghormatan terakhir. Selain itu, nama RM Margono Djojohadikoesoemo diabadikan selaku salah satu nama jalan di Jakarta.

Kisah hidupnya juga menjadi gagasan bagi film “Merah Putih,” sedangkan namanya terpatri pada Gedung RM Margono Djojohadikoesoemo di Universitas Gajah Mada.

20D

Video Mensos Usul Kakek Prabowo Makara Pahlawan Nasional: Beliau Sangat Layak

20D

Video Mensos Usul Kakek Prabowo Makara Pahlawan Nasional: Beliau Sangat Layak


rm margono djojohadikoesoemopahlawan nasionalprabowo subiantokakek prabowosygma research and consultingpwi jatimberita jawa timurberita jatimjawa timursurabaya

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Hari Sumpah Perjaka Apakah Libur Nasional? Anak Sekolah Cek Dulu!

Next Post

Sederet Fakta Kakek Prabowo Rm Margono Direkomendasikan Jadi Jagoan Nasional

Advertisement