
Tasikmalaya –
Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI (Wamen Dikdasmen) Profesor Atip Latipulhayat menyebut ketika ini tengah menganalisa tahapan cobaan nasional di pendidikan dasar dan menengah.
Hal itu diungkapkan Atip ketika kunjungan kerja (kunker) ke Tasikmalaya pada Jumat (1/11/2024). Persoalan UN sendiri ketika ini mengemuka menyusul menteri kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran dilantik.
“Itu sedang kita kaji, jadi kita akan evaluasi. Setiap metode kan memiliki kesesuaian dengan jamannya, ada tuntutan-tuntutan perubahan, nah kita kaji, mana yg lebih sesuai. Itu kan gotong royong metode, bukan tujuan dari pada UN atau pun yang lainnya,” kata Atip.
Baca juga: Siswa SDN 3 Ciamis Belajar di Rumah Imbas Banyak Anak Gondongan |
Namun demikian beliau menyampaikan proses penilaian itu mulai dilaksanakan secara cermat. Hal-hal positif tetap akan dipertahankan.
“Jadi kita kaji metodenya kan, kalau ternyata kemudian bagi meraih ini mesti diperbaiki, maka mesti diperbaiki. Prinsipnya yg lama, yg bagus kita pelihara, namun kami juga akan senantiasa mencari yang gres yang lebih baik,” kata Atip.
Nostalgia Atip di Tasikmalaya
Kota Tasikmalaya merupakan kampung halaman Atip, dalam rangkaian aktivitas kunkernya beliau menyambangi beberapa sekolah kawasan beliau menimba pendidikan dasar, merupakan Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Kota Tasikmalaya dan Sekolah Menengan Atas Negeri 2 Kota Tasikmalaya.
Kedatangan Atip disambut hangat oleh keluarga besar kedua sekolah tersebut. Atip juga membagikan kenangannya pergi ke sekolah di permulaan dekade 70-an, tanpa mengenakan bantalan kaki alias nyeker.
“Saya dahulu itu tidak tahu SMP-SMP di (Kota) Tasikmalaya itu, alasannya aku dari kampung, di Sukarindik (Kecamatan Indihiang). Saya sekolah tidak pernah menggunakan bantalan kaki, jangankan sepatu, sandal juga tidak. Saya ingat masuk SD itu tahun 1972 dan Sekolah Menengah Pertama tahun 1977,” terang Atip di SMPN 4 Tasikmalaya.
Dia mengaku sengaja buat bernostalgia di sekolah kawasan beliau dahulu menghabiskan masa kecil.
“Jadi aku ingin nostalgia dengan Sekolah Menengah Pertama dan lapangan ini. Sangat berbekas, jadi saya terharu sekali sebetulnya, begitu melalui jembatan yang tidak berganti dari dulu. Hanya ruangan-ruangan yang berubah,” terang Atip di hadapan para guru, sobat seangkatan dan segala pelajar di sekolah itu.
Dia juga berkali-kali menampilkan motivasi terhadap siswa dan sempat mengenang momen ketika beliau menjalani seleksi masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Tasikmalaya, dalam keadaan tidak sehat alasannya melakukan bisul.
Baca juga: Dosen FISIP UIN Bandung Bicara Plus-Minus Kabinet Merah Putih Prabowo |
“Jelek-jelek gini juga bintang pelajar se-Kecamatan Indihiang, dulu. Itu pun saya nyaris tidak jadi sekolah di sini. Kenapa? Karena aku testing di ruangan sana, waktu itu testing menderita, alasannya lagi bisul,” ujar Atip.
Dia menyampaikan keadaan pendidikan di Tasikmalaya mengalami banyak perbaikan yang signifikan. Namun demikian diakuinya masih ada hal-hal yg perlu dibenahi.
“Saya menyaksikan pertumbuhan yang hebat ya daripada 40 tahun lalu. Ini mengambarkan bahwa mutu pendidikan kita banyak terus berubah. Meski demikian, kan kalian mesti mengembangkan mutu gurunya, pembelajarannya agar kami meraih kesetaraan dengan negara negara yg telah maju,” kata Atip.
Dia juga menyebut soal amanat Presiden Prabowo buat kenaikan mutu pembelajaran di tingkat dasar.
“Makanya pemerintah di kurun Pak Prabowo ini sungguh menekankan sekali soal pendidikan, makanya ada beberapa quick win istilahnya yang mesti direalisiasikan, antara lain soal mutu pembelajaran terkait dengan sains tech. Kemudian literasi, kemudian juga sekolah-sekolah unggal dan pastinya dengan kemakmuran guru,” papar Atip.

Video Ketua Komisi X dewan perwakilan rakyat soal UN di 2026: Ada Satu Pengukuran dari Hasil Belajar
Video Ketua Komisi X dewan perwakilan rakyat soal UN di 2026: Ada Satu Pengukuran dari Hasil Belajar
wamen dikdasmenatip latipulhayatujian nasionalkualitas pendidikantasikmalayaberita jabarjawa barat