
Jakarta –
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan menganggap keadaan sektor keuangan Indonesia belum terlalu menggembirakan. Sejumlah sektor ekonomi menyerupai perbankan, dana pensiun, dan asuransi disebut masih belum meningkat signifikan.
“Sektor keuangan kita belum terlalu mengasyikkan untuk negara meningkat menyerupai Indonesia yang memiliki penduduk 270 juta. Ekonomi kita kini US$ 1,3 triliun, perekonomian kita nomor 16 di dunia dari size GDP, namun sektor keuangan masih underdeveloped,” ucap Kepala BKF Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam jadwal Bank BTPN Economic Outlook 2024di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Rabu (22/11/2023).
Febrio kemudian menerangkan lebih rinci soal sejumlah sektor tersebut. Untuk sektor perbankan, ia menerangkan ukuran aset bank per Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih berada di angka 59,5%. Data tersebut menyampaikan kedalaman sektor keuangan Indonesia masih dangkal, terlebih jikalau ketimbang negara ASEAN-5 menyerupai Malaysia (198,6%), Filipina (99,2%), Singapura (527,1%), dan Thailand (146,6%).
Baca juga: Anak Buah Sri Mulyani Buka-bukaan Rupiah Tak Lagi Melemah Lawan Dolar AS |
Kedalaman sektor keuangan diukur melalui sejumlah hal menyerupai jumlah aset bank, kapitalisasi, pasar modal, asuransi, dan dana pensiun. Oleh lantaran itu, Febrio menerangkan bahwa pemerintah sedang melakukan reformasi di sektor keuangan khususnya di sejumlah sektor non-bank.
“Ini kiprah besar bagi kita kini hingga bertahun-tahun ke depan. Sekarang kami sedang menghasilkan peraturan pelaksana dari omnibus law di sektor keuangan,” jelasnya.
Dalam 20 tahun mendatang, ia menyampaikan sektor dana pensiun misalnya, diperlukan dapat meraih 60% dari PDB menyerupai Malaysia. “Selain non bank, segi ajakan sektor mikro dan UMKM ada kiprah juga, inklusifitas masih rendah, literasi utamanya untuk produk non bank masih rendah, jadi ini PR kita bersama,” imbuhnya.