Menghadirkan Warna Gres Kepemimpinan Periode Depan

willy
Wіllу Sаkаrеzа (Fоtо: dоk. рrіbаdі)

Jаkаrtа – Agustus kemudian menjadi bulan yg sungguh bikin kecapekan bagi rakyat Indonesia. Drama politik di tingkat nasional ternyata menghasilkan dongeng politik di level tempat menjadi memanas. Konvoi koalisi kekuasaan di tingkat pusat mengupayakan pergerakan koalisi kekuasaan di tingkat tempat secara linear.

Sebagian pergerakan itu ternyata memantik diskusi sampai pernyataan aspirasi yg sungguh kencang di tingkat akar rumput. Puncaknya dikala dewan perwakilan rakyat berusaha secara frontal bagi menganulir penerjemahan konstitusi dari Mahkamah Konstitusi perihal standar penyeleksian kepala dan wakil kepala daerah.

Alhasil, demonstrasi besar-besaran terjadi di sejumlah wilayah. Aspirasinya relatif sama. Mereka melawan pergerakan elite yg seakan mencibir impian dan pendirian rakyat di akar rumput yang tercantum pada hukum konstitusi. Gerakan ini seakan menunjukkan pesan: jangan sekali-kali mengarahkan Indonesia ke jalur yg seakan melecehkan budbahasa dan nalar sehat penduduk Indonesia.

Advertisement

Pеmеrіntаh ѕеlаku Tukаng Kеbun

Rasa-rasanya, lima tahun ke depan, diskusi perihal bentuk, arah, dan cara kepemimpinan Indonesia tak mulai berhenti. Perdebatan di tataran elite sampai di akar rumput warung kopi, tergolong di media sosial, nyaris ditentukan akan kian riuh. Tidak mengherankan kalau selama sementara waktu mendatang mulai banyak tokoh publik gres yg mewarnai kepemimpinan dan demokrasi Indonesia. Termasuk, pengamat-pengamat gres yang kian menghangatkan pertandingan gagasan-gagasan penemuan kepemimpinan.

Suka tidak suka, kepemimpinan Indonesia selama ini masih sungguh berbasis kekuatan tokoh. Bisa dikatakan, kekuatan dari setiap organisasi politik dan non politik, tersentralisasi pada ketokohan orang nomor satunya. Fenomena ini tersebar di setiap sendi organisasi penduduk di setiap sudut Indonesia. Harus diakui, metode kepemimpinan di Indonesia secara lazim masih bersifat feodal dan birokratis.

Dengan jumlah anak muda Indonesia yang menguasai secara lazim dikuasai demografi, apakah kepemimpinan Indonesia akan, secara sadar atau tidak sadar, mewariskan metode yang serupa untuk mereka? Apakah belum dewasa muda ini mulai tertarik dengan metode yg relatif feodal, sentralistik dan birokratis?

Jika mengacu pada gerakan penyampaian aspirasi yg terjadi sementara waktu kemudian sampai perdebatan yang terjadi lewat sosial media, kelihatan belum dewasa muda ini menyuarakan keleluasaan beropini dan beraktivitas dengan tetap memperhatikan keluhuran budbahasa dan kematangan nalar sehat.

Pada 2010, World Bank merilis suatu buku bertajuk Innоvаtіоn Pоlісу: A Guіdе fоr Dеvеlоріng Cоuntrіеѕ. Dalam salah sesuatu babnya, World Bank menjabarkan pemerintah seyogianya bertindak selaku а gаrdеnеr atau tukang kebun/taman dalam mengurus inovasi, tergolong penemuan dalam suatu kepemimpinan. Selayaknya tukang kebun, pemerintah sanggup membiarkan aneka jenis makhluk hidup di dalamnya buat bertumbuh, berinteraksi dalam suatu ekosistem, dan pada kesudahannya menunjukkan keindahan dan ketentraman untuk setiap pengunjung, tergolong tukang kebun tersebut.

Masing-masing anggota ekosistem bergerak mewarnai kebun tersebut. Baik itu rumput, bunga, pepohonan, ragam fauna, sampai para insan penikmat kebun berinteraksi dengan bebas selama tidak menyalahi nilai-nilai yg dimiliki oleh ekosistem tersebut. Misalnya saja, seekor lebah boleh saja hinggap di salah sesuatu bunga dan mengisap nektar yang terkandung di dalamnya.

Sеоrаng іnѕаn ѕаngguр ѕаjа duduk dі bаwаh ѕuаtu роhоn kаlа tеrіk mаtаhаrі dаn mеngіmріt hіjаu rеrumрutаn. Pероhоnаn mеnіkmаtі kаrbоndіоkѕіdа уаng dіkеluаrkаn оlеh іnѕаn dаn іnѕаn mеnіkmаtі kеѕеjukаn udаrа оkѕіgеn уаng dіbuаt оlеh рероhоnаn. Tеntu ѕаjа, оrkеѕtrаѕі уg tеrjаdі ѕеmасаm іtu bukаnlаh uрауа ѕіѕtеmаtіѕ dаrі tukаng kеbun tеrѕеbut, mеlаіnkаn ѕuаtu gеrаkаn уаng tеrjаdі ѕесаrа аlаmіаh dаrі аntаr аnggоtа еkоѕіѕtеm kеbun.

Kереmіmріnаn Bеrbаѕіѕ Gеrаkаn

Saya membayangkan, kepemimpinan yang berbasis gerakan sanggup menjadi warna gres dalam kepemimpinan Indonesia ke depan. Dari ilustrasi kebun tersebut, ekosistem yang berlangsung bukanlah mutlak tersentralisasi dari acara tukang kebun, melainkan dari anggota ekosistemnya. Jika tukang kebun memutuskan bahwa ekosistem kebun tersebut mesti sesuai dengan kemauannya, sanggup saja lebah tadi yg secara alamiah mengambil nektar di bunga malah dipaksa bagi mengambil entah apa dari pepohonan yg ada. Alasannya sanggup saja dibuat-untuk, seperti, “Kan sama-sama tanaman.”

Gerakan-gerakan yg bersifat alamiah dan berasal dari akar rumput sepertinya menjadi pendekatan yg diminati oleh belum dewasa muda selaku penguasa demografi Indonesia. Di dunia kerja profesional, diskusi perihal adanya pergantian cara pandang dan cara kerja antara belum dewasa muda dengan para pekerja yang memiliki pengalaman lebih usang telah secara masif terjadi. Tidak perlu menjadi seorang pakar humаn rеѕоurсе untuk membahas hal tersebut. Cek saja di aneka macam susukan sosial media ataupun di wilayah sekitar kami, pergantian itu yakni suatu kenyataan.

Gerakan-gerakan yg alamiah ini disatukan oleh kesamaan nilai. Nir mesti kesamaan cara gerak. Keragaman cara pandang dan cara kerja ini sanggup saja berbeda dengan cara pandang dan cara kerja yg sentralistik. Umumnya, cara pandang sentralistik mengharapkan keseragaman, bukan keberagaman. Bukankah itu makna dari demokrasi –di mana kekuasaan terletak pada rakyatnya, bukan pada pemerintahnya?

Lalu, kiprah pemerintah apa? Tentu saja mengharmonisasikan gerakan-gerakan rakyat yang terjadi secara non-sentralistik. Ingat, mengharmonisasikan. Bukan mengkondisikan. Jika pemerintah, secara sadar atau tidak sadar, lebih mengupayakan pengkondisian ketimbang pengharmonisasian, maka kepemimpinan Indonesia mulai begini-begini saja.

Wіllу Sаkаrеzа mаhаѕіѕwа Dоktоr Kереmіmріnаn dаn Inоvаѕі Kеbіjаkаn Unіvеrѕіtаѕ Gаdjаh Mаdа

kереmіmріnаnсаlоn gubеrnurреmіmріnLoading...Hoegeng Awards 2025Baca dongeng inspiratif kandidat polisi contoh di siniSеlеngkарnуа

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
Add a comment Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Previous Post

Polres Tebing Tinggi Gagalkan Peredaran 10 Kg Sabu Dan 30 Ribu Ekstasi

Next Post

Hari Literasi Internasional 2024: Tema Dan Tanggal Peringatannya

Advertisement